Mitos Tentang Vaksinasi
Oleh Drh. Ivan Satriawan.
Di kalangan peternak dan hobiis anjing, kata vaksinasi atau vaksin sudah sangat akrab. Bahkan mungkin sudah menjadi bagian dari ‘perjalanan' hidup hobiis dan anjingnya sendiri. Mengapa? Karena vaksinasi sudah menjadi suatu kewajiban bagi hobiis ataupun peternak agar anjing-anjing yang dipelihara terhindar dari penyakit-penyakit menular yang mematikan. Namun, banyak terjadi kesalahpahaman dan salah persepsi tentang vaksinasi itu sendiri.
Tulisan ini tidak bermaksud menggurui atau mendiskreditkan pihak manapun, karena yang ditulis adalah fakta di lapangan yang dijumpai selama praktek.
Berikut berbagai mitos tentang vaksinasi:
1. Vaksin dapat serta merta menghindarkan anjing dari penyakit.
Salah. Vaksinasi untuk membentuk kekebalan tubuh (antibodi) optimum dari vaksin yang diberikan (antigen) diperlukan waktu 10-14 hari. Sebelum terbentuk kekebalan yang optimum, anjing yang sudah divaksin masih bisa terserang penyakit tersebut. Misalnya, seekor anak anjing berusia 6 minggu diberikan vaksin Parvovirus, kekebalan tubuh yang terbentuk baru akan mencapai optimum 14 hari kemudian. Dalam rentang waktu 14 hari tersebut, anak anjing masih rentan terkena serangan virus Parvo.
2.Vaksinasi cukup sekali, tidak perlu diulang.
Salah. Prinsip dari kekebalan tubuh adalah memori, karena antibodi dibentuk dari sel-sel tanggap kebal yang mempunyai memori terhadap antigen yang diberikan. Semakin sering antigen diberikan, semakin tinggi kadar antibodi yang dihasilkan, demikian juga bila semakin jarang antigen diberikan, maka semakin rendah juga kadar antibodi yang dimiliki. Contoh kasus, seekor anak anjing berusia 6 minggu diberikan vaksin Parvo, 4 minggu kemudian diberi vaksin yang berisi 6 jenis penyakit (Parvovirus, Distemper, Parainfluenza, Hepatitis, Leptospira?L.canicola & L.icterohaemorrhagiae), diulang 12 bulan (setahun) kemudian. Disini terlihat walaupun ada pengulangan vaksinasi, hanya vaksinasi terhadap Parvovirus yang diulang, sementara yang lain hanya diberikan sekali sampai jangka waktu 12 bulan mendatang. Dengan sendirinya kadar antibodi terhadap Distemper, Parainfluenza, Hepatitis dan Leptospira tidak cukup tinggi dan berakibat anjing masih bisa terserang penyakit-penyakit tersebut. Bahkan pada ras tertentu diperlukan vaksinasi terhadap penyakit tertentu yang lebih sering (Rottweiler, Dobermann dan ras Pinschers lainnya lebih rentan terhadap Parvovirus). Ada beberapa protokol standar vaksinasi yang dianjurkan oleh produsen vaksin, hobiis tinggal menanyakan dan meminta pendapat dokter hewan.
3.Vaksinasi bisa dilakukan siapa saja.
Salah. Vaksinasi bisa diibaratkan dua sisi mata pedang, hobiis mengharapkan anjingnya kebal terhadap penyakit setelah divaksinasi, tapi ada kemungkinan yang terjadi adalah hal sebaliknya, yaitu anjing sakit setelah menerima vaksinasi dan akhirnya mati. Karena resiko yang sedemikian besar, sangat dianjurkan untuk mempercayakan vaksinasi kepada praktisi dokter hewan. Layak atau tidaknya anjing menerima vaksin diputuskan oleh dokter hewan setelah memeriksa dengan teliti status kesehatan anjing tersebut.
4.Apabila ada wabah di sebuah kennel, maka vaksin bisa diberikan untuk mencegah jumlah kematian yang lebih besar.
Betul. Contoh kasus, di sebuah kennel ada beberapa ekor anjing yang terserang Parvovirus, untuk mencegah kematian yang lebih banyak akibat virus tersebut, sebaiknya segera dilakukan vaksinasi terhadap semua anjing yang secara klinis sehat dengan vaksin Parvovirus single. Diusahakan vaksin yang digunakan mempunyai kadar (titer) antigen yang tinggi supaya kekebalan yang terbentuk cukup tinggi pula. Anjing yang sudah terjangkit virus akan mati dalam 2-4 hari, sementara anjing yang belum terjangkit akan bertahan. Strategi ini mampu menekan jumlah kematian akibat Parvovirus dengan sangat signifikan.
5.Anjing yang sudah divaksin tidak boleh dimandikan.
Betul. Untuk menghasilkan kadar antibodi yang maksimum, diperlukan suhu tubuh yang optimum. Mandi akan menurunkan suhu tubuh dan dapat mempengaruhi proses pembentukan antibodi. Anjing boleh dimandikan setelah 7 hari, bahkan ada yang menganjurkan sampai 14 hari setelah vaksinasi.
6.Anjing yang sudah rutin dan teratur mendapat vaksinasi selama 6-7 tahun tidak perlu lagi diulang.
Betul. Karena dengan menerima vaksinasi yang rutin dan teratur selama 6-7 tahun, titer antibodi anjing tersebut sudah optimum, sehingga pengulangan bisa diberikan 2 tahun sekali.
7.Vaksinasi pada anjing yang sedang bunting tidak boleh dilakukan.
Betul. Walaupun ada vaksin yang aman untuk indukan yang sedang bunting, sebaiknya tidak memberikan vaksinasi pada indukan tersebut. Kemungkinan dapat terjadi keguguran sangat besar.
8.Anak anjing dapat divaksin segera setelah lahir
Salah. Anak anjing yang baru dilahirkan mempunyai kekebalan tubuh dari induk (maternal antibody) yang akan hilang saat usia anakan mencapai 6 minggu. Apabila sebelum 6 minggu kita berikan vaksin, maka maternal antibody yang ada akan menetralisir antigen yang masuk, akibatnya tidak terbentuk antibody yang cukup untuk melindungi anak anjing dari serangan penyakit yang sebenarnya.
Demikianlah beberapa mitos tentang vaksinasi yang ditemui selama menjalankan praktek. Kesimpulannya adalah: vaksinasi membutuhkan persyaratan yang ketat untuk mendapatkan kekebalan yang maksimum. Hanya seorang praktisi dokter hewan yang berhak memberikan vaksinasi setelah terlebih dahulu memeriksa kondisi anjing yang akan divaksin.